PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanah merupakan tempat kehidupan mikroorganisme yang secara makro menguntungkan bagi makhluk hidup lainnya, termasuk manusia. Mikroorganisme yang menghuni tanah dapat dikelompokkan menjadi bakteri, fungi, alga, dan protozoa. Jumlah dan jenis mikroorganisme tanah dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan waktu yang seefisien mungkin dalam kegiatan pertanian maka diwujudkanlah hal tersebut dengan penggunaan pestisida selama aktifitas pertanian berlangsung. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, baik ditempat pemberian pupuk maupun di lokasi akumulasi bahan kimia tersebut. Penggunaan pestisida sintetis pada pertanian merupakan dilema, di satu sisi sangat dibutuhkan dalam rangka penyediaan pangan, di sisi lain tanpa disadari mengakibatkan berbagai dampak negatif, baik terhadap manusia, hewan mikroba maupun lingkungan (Junaidi, 2010).
Meningkatnya kesadaran manusia terhadap terjadinya kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh aktivitas pertanian, telah mendorong timbulnya paradigma baru dalam sistem pertanian yang merupakan koreksi terhadap paradigma sebelumnya. Paradigma sebelumnya menekankan pada hasil yang sebesar-besarnya dengan menggunakan bahan kimia sebanyak-banyaknya. Oleh sebab itu, paradigma baru mulai memikirkan cara bagaimana mendapatkan hasil pertanian secara maksimal tanpa merusak lingkungan, salah satu cara untuk menggantikan sebagian atau seluruh fungsi pupuk buatan tersebut adalah dengan memanfatkan pupuk hayati Cendawan Mikoriza Vesikular Arbuskular.