A. Pengertian Pembelajaran Cooperative Learning
Ada beberapa pengertian pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Slavin (2009) pembelajaran kooperatif adalah metode atau model dimana siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar individu dan kelompok.
Menurut Suprijono (2010:54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksduk. Guru biasanya menempatkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
Pembelajaran kooperatif didukung oleh teori Vygotski. Dukungan teori Vygotsky terhadap model pembelajaran kooperatif adalah penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran berbasis sosial. Menurut Anita Lie dalam Suprijono (2010:56), model pembelajaran ini didasarkan pada falsafat homo homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Dialog interaktif (interaksi sosial) adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Dengan kata lain, kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, dan kehidupan bersama lainnya. Secara umum tanpa interaksi sosial tidak akan ada pengetahuan Piaget sebagai pengetahuan sosial.
Dukungan lain dari teori vygotsky terhadap model pembelajaran kooperatif adalah arti penting belajar kelompok. Menurut Chaplin dalam Suprijono (2010:56) mendefinikas kelompok sebagai “a collection of individuals who have some characterictic in common or who are pursuing a common goal. Two or more persons who interact in any way constite a group. It is not necessary, however, for te member of a group interact directly or in face to face manner”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa kelompok itu dapat terdiri dari dua orang saja, tetapi juga dapat terdiri banyak orang. Chalpin juga mengatakan bahwa anggota kelompok tidak harus berinteraksi secara langsung yaitu face to face. Sedangkan pengertian kelompok menurut ahli dinamika kelompok bernama Shaw dalam Suprijono (2010:57) “as two or more people who interact with and influence one another”. Menurut Shaw satu ciri yang dipunyai oleh semua kelompok yaitu anggotanya saling berinteraksi, saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain.
Belajar secara kooperatif mampu melibatkan siswa secara aktif melalui proses-proses mentalnya dan meminimalkan adanya perbedaan-perbedaan antar individu, serta meminimalisasi pengaruh negatif yang timbul dari kondisi pembelajaran kompetitif (persaingan belajar yang tidak “sehat”). Sebagai teknologi pembelajaran, belajar kooperatif memiliki sinergisitas peluang munculnya keterampilan sosial di antara pendidikan formal dan pendidikan non-formal. Keterpaduan peluang tersebut dapat dilihat dari (1) dalam realisasi praktik hidup di luar kelas (sekolah), membutuhkan keterampilan dan aktivitas-aktivitas kolaboratif mulai dari dalam kelompok (tim) di tempat bekerja hingga ke dalam kehidupan sosial sehari-hari; (2) tumbuh dan berkembangnya kesadaran mengenai nilai-nilai interaksi sosial untuk mewujudkan pembelajaran bermakna (Heinich, et al., 2002 dalam Warpala, I Wayan Sukra. 2009.Pembelajaran Kooperatif.
B. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al.2000 dalam Don, 2011, yaitu:
a. Hasil Belajar Akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
C. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Menurut Suprijono (2010:58) pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menubuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan (1) “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompenten menilai.
Roger dan David Johson dalam Suprijono (2010:58), mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur dalam model pembelajar harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:
a. Saling Ketergantungan Positif
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggung jawaban kelompok. Pertama: mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. kedua: menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu:
a). Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan. Tanpa kebersamaan, tujuan mereka tidak akan tercapai.
b). Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan.
c). Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. Artinya, mereka belum dapat menyelesaikan tugas, sebelum mereka menyatukan perolehan tugas mereka menjadi satu.
d). Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubung, saling melengkapi, dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Pertanggung jawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.
Beberapa cara menumbuhkan tanggung jawab perseorangan adalah (a) kelompok belajar jangan terlalu besar, (b) melakukan assesmen terhadap setiap siswa, (c) memberi tugas kepada siswa, yang dipilih secara random untuk mempersentasikan hasil kelompoknya kepada guru maupun kepada seluruh peserta didik di depan kelas, (d) mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi individu dalam membantu kelompok, (e) menguasai seorang peserta didik untuk berperan sebagai pemeriksa dikelompoknya, (f) menugasi peserta didik mengajar temannya.
c. Interaksi Promotif
Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah:
a). saling membantu secara efektif dan efisien;
b). Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan;
c). Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien;
d). Saling mengingatkan;
e). Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta menigkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi;
f). Saling percaya;
g). Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
d. Komunikasi Antar Anggota
Komunikasi antar anggota adalah keterampilan sosial, untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik harus:
a). saling mengenal dan mempercayai;
b). Mampu berkomunikasi secara kurat dan tidak ambisius;
c). Saling menerima dan saling mendukung;
d). Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
e. Pemrosesan Kelompok
Pemrosesan mengandung nilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa diantara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok kelompok adalah meningkatkan efektifitas anggota dalam memberikan konstribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.
D. Metode-Metode Pembelajaran Kooperatif
Menurut Suprijono (2010), metode-metode pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Jigsaw
Pembelajaran dengan metode jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan di bahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari pada papan tulis. Guru menayangkanb kepada peserta didik apa mereka ketahui mengenaibtopik tersebut, kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skematata atau struktur kognitif peserta agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru.
Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil. Jumlah kelompok bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari. Kelompok ini menjadi kelompok asal, kemudian sesi berikutnya membentuk expert team (kelompok ahli), anggota kelompok ahli merupakan perwakilan dari kelompok asal, kemudian berdiskusi pada masing-masing kelompok, selanjutnya mereka kembali ke kelompok asal, kemudian berdiskusi kembali. Kegiatan ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang telah mereka dapatkan dari hasil berdiskusi kelompok ahli tadi, sebelum pembelajaran diakhiri, diskusi dengan seluruh kelas perlu dilakukan. Selanjutnya, guru menutup pembelajaran dengan memberikan review terhadap topik yang telah dipelajari.
b. Think-Pair-Share
Strategi pembelajaran TPS adalah strategi diskusi kooperatif yang dikembangkan oleh Lyman dan kawan-kawannya di Maryland. Pemberian nama TPS berasal dari tiga tahap aktivitas yang dilakukan siswa dengan penekanan apa yang harus siswa lakukan dalam setiap tahap tersebut (Raymond, 2006).
Langkah langkah dalam pembelajaran kooperatif model TPS menurut (Raymond, 2006), adalah sebagai berikut:
- Tahap pertama yaitu Think (Berpikir) adalah tahap dimana guru memancing siswa untuk berpikir melalui pertanyaan-pertanyaan atau observasi (pengamatan). Siswa berpikir sejenak tentang apa yang ditanyakan oleh guru tadi.
- Tahap kedua yaitu Pair (Berpasangan), pada tahap ini siswa berdiskusi mengenai jawaban pertanyaan guru tadi secara bersama-sam dan memikirkan jawaban terbaik dari hasil diskusi. Pasangannya dapat teman sebangku atau siswa lain yang terdekat.
- Tahap ketiga yaitu Share (Berbagi) adalah tahap terakhir dimana siswa mempresentasikan jawabannya di depan kelas agas semua siswa mengetahuinya dan seringkali guru mencatat respon siswa di papan tulis.
- c. Numbered Heads Together
Pembelajaran ini dimulai dengan numbering. Guru membagi kelaas menjadi kelompok-kelompok kecil. Tiap kelompok diberi nomer sesuai dengan jumlah konsep. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok menemukan jawaban. Pada kesempantan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru.
Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.
d. Group Investigation
Pembelajaran ini diawali dengan pembagian kelompok, selanjutnya guru dan peserta didik memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik-topik itu, kemudian menentukan metode penelitian yang dikembangkan untuk memecahkan masalah.
Setiap kelompok bekerja berdasrkan metode investigasi yang telah mereka rumuskan, aktivitas tersebut merupakan kegiatan sistemik keilmuan mulai dari mengumpulkan data analisis data, sistesis, hingga menarik kesimpulan, langkah berikutnya adalah persentasi hasil oleh masing-masing kelompok.
e. Two Stay two stray
Pembelajaran dengan metode ini diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya.
Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Begitu juga sebagai tamu, setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertemu maupun mereka yang betugas menerima tamu mencocokan dan membahas hasil kerja yeng telah meeka tunaikan.
f. Make A Match
Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dengan metode ini adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan tersebut.
Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai, posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U. Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi masing-masing yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluitnya, kelompok pembawa kartu pertanyaan dan kelompok pembawa kartu jawaban bergerak bertemu ditengah untuk mencocokan pertanyaan-jawaban, pasangan pertanyaan-jawaban diserahkan kepada penilai.
Setelah itu penilai berganti menjadi kelompok pemegang kartu pertanyaan dan jawaban, kelompok pemegang kartu pertanyaan dan jawaban menjadi penilaiannya dengan langkah yang sama.
g. Listening Team
Langkah-langkah metode tim pendengar:
- Bagilah peserta didik menjadi 4 tim dan berilah tim-tim ini dengan tugas-tugas sebagai berikut:
TIM | PERAN | TUGAS |
A | Penanya | Merumuskan pertanyaan |
B | Pendukung | Menjawab pertanyaan yang didasarkan pada poin-poin yang disepakati (membantu dan menjelaskannya, mengapa demikian) |
C | Penentang | Mengutarakan poin-poin yang tidak disetujui atau tidak bermamfaat dan menjelaskan mengapa demikian |
D | Penarik kesimpulan | Menyimpulkan hasil |
- Penyaji memaparkan laporan hasil penelitiannya, setelah selesai beri waktu kepada tiap kelompok untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan perannya masing-masing.
- h. Inside-OuTside Circle
Pembelajaran ini diawali dengan pembentukan kelompok menjadi 2 kelompok besar, kemudian diatur agar masing-masing kelompok besar yaitu anggota kelompok lingkaran dalam berdiri melingkar menghadap keluar dan anggota kelompok lingkaran luar berdiri menghadap ke dalam, sehingga berhadapan. Berikan tugas pada tiap pasangan, dimana pasangan tersebut merupakan pasangan asal, setelah berdiskusi, mintalah kepada anggota kelompok lingkaran dalam bergerak berlawanan arah dengan anggota kelompok luar, setiap pergerakan itu akan terbentuk pasangan-pasangan baru. Pasangan-pasangan ini wajib memberikan informasi berdasarkan hasil diskusi. Pergerakan baru dihentikan, jika anggota kelompok lingkaran dalam dan lingkaran luar sebagai pasangan asal bertemu kembali.
Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar tersebut di atas, kemudian dipaparkan sehingga terjadilah diskusi antar kelompok besar. Diskusi ini diharapkan menghasilkan pengetahuan bermakna bagi seluruh peserta didik. Pengetahuan ini merupakan pengetahuan yang lebih konferensip. Di penghujung pertemuan, untuk mengakhiri pelajaran dengan metode ini, guru dapat memberi ulasan maupun mengevaluasi hal-hal yang telah didiskusikan. Perumusan kesimpulan dapat juga dibuat sebagai konstruksi terhadap pengetahuan yang diperoleh dari diskusi.
i. Bamboo Dancing
Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru, bisa dengan menuliskannya di papan tulis atau dapat pula guru menanyakan jawaban apa yang diketahui tentang topik tersebut. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar, dalam kelompok masing-masing berdiri berpasangan, pasangan ini disebut pasangan awal. Bagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas dengan waktu yang cukup. Usai berdiskusi, seluruh anggota dalam kelompok berdiri sejajar memutar ke arah jarum jam dan akan mendapatkan pasangan baru, sehingga dapat berbagi informasi, pergeseran searah jarum jam berhenti, ketika tiap-tiap peserta didik kembali ke pasangan awal.
Hasil diskusi di tiap kelompok besar kemudian dipersentasikan kepada seluruh kelas. Guru memfasilitasi terjadinya intersubyektif, dialog interaktif, tanya jawab dan sebagainya. Kegiatan ini dimaksudkan agar pengetahuan yang diperoleh melalui diskusi di tiap-tiap kelompok besar dapat diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.
j. Point-Counter–Point
Langkah pertama, metode pembelajaran ini adalah membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok. Aturlah posisi mereka sedemikian rupa sehingga mereka berhadap-hadapan. Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok merumuskan argumentasi-argumentasi sesuai dengan perspektif yang dikembangkannya.
Usai tiap-tiap kelompok berdiskusi secara internal, maka mulailah mereka berdebat. Setelah seorang peserta didik dari suatu kelompok menyampaikan argumentasi sesuai pandangan yang dikembangkan kelompoknya, mintalah tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lainperihal isu yang sama. Di penghujung waktu pelajaran buatlah evaluasi sehingga peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titik temu dari argumentasi-argumentasi yang telah mereka munculkan.
k. The Power of Two
Pembelajaran ini diawali dengan mengajukan pertanyaan yang diterimanya. Diharapkan pertanyaan yang dikembangkan adalah pertanyaan yang membutuhkan pemikiran kritis. Mintalah kepada peserta didik secara perseorangan untuk menjawab pertanyaan yang diterimanya. Setelah semua menyelesaikan jawabannya, mintalah kepada peserta didik mencari pasangan.
Individu-individu yang berpasangan diwajibkan saling menjelaskan jawaban masing-masing, kemudian menyusun jawaban baru yang disepakati bersama. Setelah masing-masing pasangan menulis jawaban mereka, mintalah mereka membandingkan jawaban tersebut dengan pasangan lain. Diakhir pelajaran buatlah rumusan–rumusan rangkuman sebagai jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan. Rumusan tersebut merupakan konstruksi atas keseluruhan pengetahuan yang telah dikembangkan selama diskusi.
E. Tahapan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (2009) di dalam pembelajaran kooperatif ada lima bentuk model yaitu : (1) penyajian kelas, (2) kegiatan belajar kelompok, (3) tes individual, (4) skor peningkatan individual, (5) pengakuan kelompok. Dalam pelaksanannya hendaknya didahulukan dengan informasi mengenai pentingnya materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran, review singkat tentang pengetahuan prasyarat, dan bentuk kelompok. Setiap tahap akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Penyajian Kelas
Pada tahap penyajian kelas, guru memulai pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Tahap ini diikuti dengan penyajian informasi sebagaimana pembelajaran yang berlangsung di kelas konvensional. Pada tahap peyajian ini guru dapat menggunakan berbagai metode atau pendekatan yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, misalnya dengan sedikit ceramah, tanya jawab, ekspositori, demonstrasi, penghrgaan dan tidak menutup kemungkinan untuk mengadakan aktivitas secara klasikal.
2) Belajar Kelompok
Ide utama tahap ini adalah siswa bekerja dan belajar bersama di dalam kelompok. Waktu yang digunakan 2 jam pelajaran. Bahan yang diperlukan adalah dua lembaran kerja dan dua lembaran jawaban untuk setiap kelompok. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota 4-5 orang dalam satu kelompok. Pemilihan anggota kelompok didasarkan pada tes yang dapat dijadikan dasar memilih seperti tes awal atau nilai rapor. Agar diskusi kelompok dapat berjalan dengan lancar maka pemilihan anggota kelompok perlu mempelihatkan kemampuan belajar setiap anggotanya.
3) Tes Individual
Tes individual adalah tes yang digunakan untuk menguji kinerja unutk setiap siswa. Pada tahap ini siswa tidak diperkenankan untk saling memberitahu ata bekerjasama dengan siswa yang lain. Setiap siswa diharapkan berusaha untuk bertanggungjawab secara individual untuk menjawab soal tes dan memberikan hasil yang terbaik sebagai kontribusinya kepada kelompok.
4) Memberikan Skor Peningkatan Individual
Pemberian skor peningkatan individual bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi setiap siswa agar dapat menunjukkan gambaran kinerja pencapaian tujuan dari hasil kerja maksimal setiap indiidu yang disumbangkan untuk kelompoknya.
Hasil tes setiap siswa diberikan poin kemajuan yang ditentukan berdasarkan selisih perolehan skor tes terdahulu (skor tes dasar) dengan skor terbaru. Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk menyumbangkan skor maksimal bagi kelompoknya.
5) Pengakuan Kelompok
Pengakuan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing anggota kelompok. Berdasarkan skor kemajuan kelompok terebut guru memberikan hadiah (reward) berupa predikat kepada kelompok yang memenuhi kriteria tertentu. Adapun predikat yang mungkin diberikan, yaitu : kelompok sangat baik (super team), kelompok baik (great team), dan kelompok cukup (good team).
F. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Menurut Suprijono (2010: 65), langkah/sintaks model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase yaitu:
FASE-FASE | PERILAKU GURU |
Fase 1. Present goals and setMenyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik | Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar |
Fase 2. Present informationMenyajikan informasi | Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal |
Fase 3. Organize students into learning teamsMengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar. | Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien. |
Fase 4: Assist team work and studyMembantu kerja tim dan belajar | Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya |
Fase 5: Test on the matrerialsMengevaluasi | Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. |
Fase 6: Provide recognitionMemberikan pengakuan atau penghargaan | Memprsiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok. |
Download di sini
makasih…..bs tw referensi
Sama-sama, semoga bermanfaat.
nggak ada referensi pustakanya ya pak?
Ada… Silakan didownload dulu.
Terima kasih banyak pak atas paparannya… sangat bermanfaat..
Ok…
tulisan sangat bermanfaat bagi saya terma kasih
Sama-sama Suyatmi…