A. Deskripsi Umum Kapang
Kapang merupakan anggota kelompok fungi multiseluler dengan hifa lurus atau bercabang, tidak berklorofil, dinding sel dari selulosa, kitin atau keduanya. Secara umum kapang berkembang biak secara aseksual dan seksual dan termasuk kelompok dari tumbuhan tingkat rendah (Dwidjosoeputro, 1978:1). Sifat-sifat koloni kapang terdiri atas 3 macam, yaitu seperti serbuk, serupa kapas dan beludru. Sifat ini dikarenakan adanya perbedaan pada pertumbuhan hifa dan alat perkembangbiakan kapang.
Misellium dapat bercabang-cabang dan suatu helai cabang disebut hifa (Dwidjosoeputro, 1978:148). Hifa yang menyusun koloni kapang dibangun oleh struktur dasar berupa tubulus yang berbentuk silinder, bercabang-cabang dengan diameter yang bervariasi, yaitu antara 2-10 µm. Hifa merupakan suatu tubulus yang mengandung nukleus (inti) dengan jumlah lebih dari satu, bahkan sampai ratusan dan dilingkupi oleh sitoplasma (Kusnadi, 2003).
Perkembangbiakan kapang dapat terjadi secara vegetatif maupun generative dengan berbagai macam spora. Hifa sangat berperan dalam proses pembentukan spora seksual maupun spora aseksual pada kapang. Spora aseksual pada kapang diproduksi dalam jumlah banyak, berukuran kecil dan ringan, serta dapat bertahan dalam kondisi kering. Spora kapang yang ringan akan mudah terbawa angin dan dapat tumbuh berkecambah menjadi hifa baru di tempat dengan kondisi yang sesuai (Fardiaz, 1992: 188).
Spora aseksual sangat membantu dalam proses identifikasi kapang karena memiliki ciri yang spesifik pada setiap spesies. Ciri spesifik yang dapat ditemukan yaitu:
- Sporangiospora yang berbeda-beda dalam ukuran, bentuk dan warna;
- Sporangiofor atau konidiofor yang berbeda-beda dalam percabangan, ukuran, bentuk, warna, kehalusan dinding;
- Konidia berbeda dalam ukuran, warna, bentuk, kehalusan dinding, jumlah sel dan rangkaiannya.
Spora seksual berbeda dengan spora aseksual dikarenakan memiliki struktur yang spesifik yaitu tubuh buah yang memiliki bermacam-macam bentuk yaitu askokarp (tubuh buah Ascomycetes) dan basidiokarp (tubuh buah Basidiomycetes). Askokarp merupakan wadah yang menampung himpunan askus (Dwidjoseputro, 1976:120).
B. Jenis-Jenis Kerusakan Yang Terjadi Akibat Aktivitas Kapang Parasit Pada Tanaman Budidaya Dan Tanaman Hias
Jenis-jenis penyakit yang menyerang tumbuhan sangat banyak jumlahnya. Penyakit yang menyerang tumbuhan banyak disebabkan oleh mikroorganisme, misalnya jamur, bakteri, dan alga. Penyakit tumbuhan juga dapat disebabkan oleh virus. Berikut adalah macam penggolongan penyakit yang terjadi pada tanaman:
1. Penggolongan Berdasarkan Tipe Penyakit
a. Penyakit Lokal
Penyakit ini hanya terdapat pada suatu tempat atau bagian tanaman tertentu, misalnya pada buah, bunga, daun, cabang, batang atau akar. Jika bagian tanaman tersebut dipotong, maka bagian lainnya tetap sehat (Pracaya, 2007:303). Penyakit bercak daun yang diakibatkan oleh kapang, tergolong pada penyakit lokal.
b. Penyakit Sistemik
Penyakit ini dapat menyebar ke seluruh tubuh tanaman yang lain sehingga tanaman menjadi sakit, misalnya penyakit CVPD pada tanaman jeruk.
2. Penggolongan Berdasarkan Penyebab Penyakit
a. Penyakit akibat Parasit
Istilah parasit berasal dari bahasa latin, yaitu parasites yang artinya penebeng, pembonceng atau benalu (Pracaya, 2007:303). Kata parasit juga berasal dari bahasa Yunani yaitu parsitos yang berarti makan bersama-sama dengan lain dalam satu meja (Pracaya, 2007:303). Dunia pertanian mengartikan istilah parasit sebagai makhluk yang memperoleh makanan atau keuntungan dari makhluk lain, tetapi tidak memberi imbalan. Sedangkan dalam ilmu penyakit yang dimaksud parasit adalah tanaman atau binatang yang hidup di dalam atau pada makhluk lain dan memperoleh makanan tanpa memberikan kompensasi sedikitpun. Kapang merupakan salah satu makhluk yang termasuk dalam parasit, karena dapat menimbulkan kerugian pada tanaman inang.
Tanaman atau makhluk hidup yang ditempati parasit disebut inang. Parasit sendiri digolongkan menjadi 2, yaitu parasit sejati yang berarti seluruh makanan diambil dari inang. Jenis parasit yang kedua adalah parasit fakultatif, yang berarti kebutuhan makanan hanya sebagian saja diambil dari inang, sisanya dapat diusahakan sendiri. Parasit yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman antara lain cendawan (fungi), bakteri, riketsia, mikoplasma, virus, viroid, ganggang, benalu dan tali putri (Pracaya, 2007: 304).
b. Penyakit Fisiologis
Penyakit fisiologis disebut juga sebagai penyakit nonparasit. Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan unsur hara, air, sinar matahari dan temperatur (Pracaya, 2007:304). Sedangkan yang dimaksud dengan gejala penyakit ialah perubahan warna atau bentuk dari tanaman atau jaringan tanaman yang terserang oleh jamur. Penyebab penyakit dari golongan jamur ini dapat menyebabkan berbagai macam gejala penyakit, diantaranya yaitu:
1. Gejala nekrosa yang berupa : Busuk akar, busuk pangkal batang, rebah kecambah (damping-off), kanker, anthracnose, bercak daun, kudis, blight, busuk lunak dan busuk kering;
2. Gejala yang berupa perubahan bentuk tanaman inang antara lain : Akar berbentuk gada, puru , kudis sapu, dan daun keriting;
3. Gejala-gejala lain seperti: layu, karat, embun (Mildew) dan lain-lain.
Contoh penyakit tanaman yang disebabkan oleh patogen jamur yaitu:
- Damping off dan Seedling blight
Rebah Kecambah (Damping off) Penyebab : Phytium sp., Rhizoctonia sp., Fusarium sp., gejala dapat bermacam-macam tergantung dari umur dan stadia perkembangan seperti yang dicontohkan pada tanaman jeruk dimana biji menjadi busuk sebelum berkecambah atau sebelum muncul dipermukaan tanah. Biji yang terinfeksi ini menyebabkan kualitas biji jeruk buruk (daya kecambah rendah). Busuk pangkal batang pada perkembangan semai biji terutama pada bagian yang dekat dengan tanah.
Rhizoctonia solani menyebabkan pembusukan semai yang dekat dengan permukaan tanah, bagian busuk berwarna coklat. Serangan Pythium sp. selalu dimulai dari ujung akar (akar pokok dan atau akar lateral). Serangan selalu dimulai dari bagian tanaman di dalam tanah. Serangan Pythium sp. menyebabkan tanaman menjadi layu dan kulit akar busuk basah. Disamping itu, daun atau tunas-tunas dapat terjangkit dengan gejala busuk coklat.
Penyakit ini hanya terjadi pada semaian batang-bawah dan penangkaran yang menggunakan tanah tercemar patogen atau yang tidak terkontrol kebersihannya. Patogen yang virulen bisa terbawa pada kulit biji atau pada media semai. Pada saat biji tumbuh, tunas dan akarnya adalah fase rentan bagi tanaman inang terhadap serangan patogen yang virulen dan saat yang tepat bagi patogen untuk melakukan penetrasi. Rhizoctonia solani mempunyai sclerotium berwarna coklat, tidak berkulit dan bentuknya tidak beraturan, pipih, biasanya terletak pada permukaan tumbuhan inang dan dihubungkan oleh benang-benang miselium berwarna coklat. Biji yang baru tumbuh memiliki jaringan muda yang rentan terjadi penyakit rebah kecambah akibat serangan Rhizoctonia solani yang dikenal polifag dan sering terdapat dalam tanah.
Pythium mempunyai sporangium (konidium) bulat. Sporangium dapat berkecambah langsung membentuk hifa sehingga disebut konidium. Selain itu sporangium dapat berkecambah secara tidak langsung yaitu dengan membentuk zoospora yang mempunyai flagel. Pythium bersifat polifag terutama menyerang inang yang masih muda (semai) sehingga menyebabkan penyakit rebah kecambah. Fusarium sp. dapat bertahan lama dalam tanah dalam bentuk klamidospora (soil inhabitant). Penetrasi dapat terjadi pada ujung akar, berkembang tidak lama dalam jaringan parenkim kemudian menetap dan menginfeksi buah sehingga terdapat kemungkinan bahwa jamur terbawa oleh biji. Sedangkan cara pengendalian sebagai berikut:
a. Sterilisasi biji dengan air panas 52oC selama 10 menit dan atau perendaman pada Benomyl 2,5% selama 10 menit;
b. Sterilisasi media pasir murni dengan pemanasan 900C selama 60 menit atau Fumigasi dengan Methyl bromide, dan Metan sodium;
c. Penyiraman semai menggunakan air yang tidak tercemar.
Sedangkan untuk Seedling blight dicontohkan pada tanaman jagung yaitu pada masa pertumbuhannya, semua bagian tanaman jagung tidak lepas dari serangan organisme pengganggu, termasuk penyakit. Salah satu penyakit yang beberapa tahun terakhir menjadi ancaman pada tanaman jagung adalah penyakit busuk pelepah (banded leaf and sheath blight = BLSB) yang disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani Kuhn.
Gejala serangan cendawan R. solani terjadi pada kondisi panas dan lembap. Cendawan ini juga menyebabkan busuk benih (seed rot) dan busuk bibit (seedling blight) pada tanaman jagung. Menurut Sweets dan Wrather (2000), busuk benih terjadi sebelum benih tumbuh. Pada fase ini benih menjadi lunak dan berwarna coklat. Busuk bibit dapat menyerang baik pada fase pratumbuh maupun pada saat benih tumbuh, tetapi bibit mati sebelum muncul ke atas permukaan tanah. Serangan dapat juga terjadi pada pascatumbuh, yaitu pada saat benih tumbuh sebelum gejala serangan berkembang. Serangan pada fase pratumbuh menyebabkan koleoptil dan sistem perakaran berwarna coklat dan tampak basah dan busuk, sedangkan serangan pascatumbuh mengakibatkan tanaman berwarna kuning, layu, dan mati.
Pada kondisi alami, serangan BLSB terjadi pada fase sebelum pembungaan tanaman. Infeksi biasanya dimulai dari pelepah daun terbawah dan seterusnya bergerak ke atas (Pascual et al. 2000). Gejala yang berkembang pada daun dan pelepah daun berupa bercak-bercak konsentrik yang menutupi areal yang luas pada daun, pelepah daun, dan tongkol (Shurtleff 1980; De Leon 1984).
- Root rot
Penyakit jamur akar putih (JAP) yang disebabkan oleh Rigidoporus lignosis (Arya dan Temaja, 1996).
- Vascular Wilt
Sebagai contoh, serangan Penyakit layu pembuluh (Vascular Wilt of Oil Palm) disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum f.sp. elaeidis. Penyakit ini menimbulkan kerugian mencapai 20% di Afrika Barat, Kamerun, Kongo, Dahomey, Ivory Coast, Nigeria dan Zaire serta Amerika Selatan.
- Mildew
Mildew merupakan penyakit tanaman dimana patogen terlihat sebagai pertumbuhan pada permukaan luar dari bagian tanaman yang terserang. Biasanya tampak dalam bentuk yang berwarna keputih-putihan pada daun, cabang atau buahnya.
- Powdery Mildew: merupakan bentuk yang terdapat pada permukaan tanaman yang tampak sebagai lapisan pupur;
- Downy Mildew : merupakan pertumbuhan yang ditandai dengan lapisan seperti bulu-bulu kapas. Terjadi pada tanaman Inang : melon, semangka, timun. Penyebab : jamur Pseudoperonospora cubensis. Gejala : daun tanaman yang terserang tampak bercak berwarna kuning kecoklatan, pada bercak terdapat massa spora berwarna coklat kehitaman. Gejala lebih lanjut daun akan mengering. Pengendalian : (1) tanaman yang telah terserang segera dicabut dan dibakar; (2) tanaman yang sakit tidak boleh dipendam di areal pertanaman; (3) menanam varietas yang resisten; (4) melakukan rotasi tanaman; (5) tanah yang telah dicangkul dibiarkan beberapa waktu agar terkena sinar matahari; (6) disemprot dengan fungisida, misalnya Kocide 54 W D G, Victory 80 WP, Starmyl 25 WP dll.
5. Leaf spot
Contoh lainnya OPT Luar negeri yang telah masuk ke Indonesia yang menyebab kerugian secara ekonomis adalah Penyakit cacar daun teh disebabkan oleh cendawan Exobasidium vexans yang berasal dari Sri Lanka. Kerugian mencapai 30 – 50 % dari total nilai 114 .000.000,- pada tahun 1951.
Bercak kuning dimulai dengan kemunculan noktah berwarna kuning pada daun. Semakin lama, bercak akan semakin melebar, sampai seluruh permukaan daun tertutup warna kuning. Kemunculan bercak kuning pada daun kadang disertai dengan pembusukan pada akar. Ir. Final Prajnanta, pakar hama dan penyakit tanaman dari Bayer Cropscience menyebutkan bahwa bercak kuning tersebut dapat disebabkan Fusarium. Namun serangan Fusarium tidak akan menyebabkan daun menguning secara total (Angkasa dkk, 2007: 23).
- Smuts
Smuts (Gosong): Gejala ini menyerupai tepung berwarna kehitam-hitaman dan terdapat pada organ perbungaan, batang, daun dan sebagainya. Seperti pada Tanaman Inang : Kentang, tomat. Penyebab: jamur Phytophthora infestans (Mont.) de bary. Gejala: daun kentang yang terserang berbercak coklat sampai hitam. Mula-mula pada ujung atau sisi daun, hanya tampak beberapa milimeter, tetapi akhirnya meluas sampai keseluruh daun dan tangkai daun. Penyakit ini mulai menyerang pangkal buah tomat, yang menimbulkan bercak berair yang berwarna hijau kelabu sampai coklat.
Pengendalian: (1) tanaman yang telah terserang segera dicabut dan dibakar; (2) tanaman yang sakit tidak boleh dipendam di areal pertanaman kentang atau tomat; (3) menanam varietas tomat yang resisten; (4) melakukan rotasi tanaman; (5) tanah yang telah dicangkul dibiarkan beberapa waktu agar terkena sinar matahari; (6) disemprot dengan fungisida, misalnya Kocide 54 W D G, Victory 80 WP, Starmyl 25 WP dll.
- Karat dan Kudis
Karat : Gejala pada permukaan tanaman seperti karat. Hal ini karena adanya kumpulan spora yang keluar dari stomata dengan warna seperti karat (merah kecoklat-coklatan). Kudis: Patogen (tubuh buah) yang muncul pada permukaan bagian yang terserang berbentuk agak kasar seperti kudis.
Berikut adalah contoh jenis kapang yang dilaporkan telah menyebabkan penyakit pada tanaman beserta gejala penyakit yang diakibatkan:
1. Gloesporium sp.
Gejala awal dari serangan jenis Gloesporium sp. adalah muncul gejala yang menyerupai daun terbakar. Sebagian daun yang terbakar, disertai warna kekuningan di bagian sisi daun (Angkasa dkk, 2007:170). Warna kekuningan merupakan bagian daun yang terserang oleh jamur.
2. Pythium sp.
Spesies dari genus Pythium hampir terdapat di seluruh penjuru dunia dan menyerang berbagai jenis tanaman. Gejala serangan ditandai dengan hipokotil yang semula sehat, berwarna jernih kemudian berubah menjadi pucat karena kerusakan klorofil.
Jamur ini dapat menyebar dengan luas apabila lingkungan tempat tumbuh tanaman terlalu panas disertai dengan drainase yang buruk (Angkasa dkk, 2007:170). Akibatnya, suhu dan kelembapan pada media tanam akan meningkat. Daun akan tampak kekuningan dengan bercak-bercak berwarna cokelat dan lama-kelamaan menjadi kehitaman (Angkasa dkk, 2007:170).
3. Colletotrichum gloeisporoides
Colletotrichum gloeisporoides dapat menyebabkan penyakit antraknosa pada tanaman. Gejala dimulai dengan kemunculan bercak-bercak tidak teratur, berwarna cokelat kelabu, berukuran tidak lebih dari 5 mm dan bercak-bercak tersebut bisa menyatu menjadi bercak yang lebih besar. Di pusat bercak, sering terbentuk lubang. Pada kondisi yang kronis, daun akan mengering kemudian gugur. Penyebaran penyakit ini akan semakin meluas pada daerah dengan kelembapan tinggi (Agromedia. 2007). Setelah perkecambahan spora dan pembentukan hifa, terjadi penetrasi langsung. Penetrasi akan menembus atau merobek kutikula. Aktivitas kapang akan berhenti pada kutikula atau lapisan luar dari dinding sel epidermis. Kapang akan menjadi dorman selama beberapa saat, sampai faktor yang mempengaruhi aktifitas kapang optimal, sehingga memungkinkan jamur untuk melanjutkan pertumbuhan dan mengadakan kolonisasi (Sinaga, 2003: 107).
4. Cercospora sp. dan Cercospora anthurii
Penyakit yang diakibatkan oleh jamur ini adalah bercak daun. Gejala dapat dijumpai pada daun muda. Pada daun yang sudah tua, gejala dapat berupa bercak-bercak klorosis berwarna kuning, berbentuk bulat dan berukuran kecil. Bercak-bercak itu kemudian akan saling menyatu, membentuk bercak berukuran besar yang tidak teratur. Penyebaran bercak yang semakin meluas dapat menyebabkan seluruh permukaan daun Anthurium menjadi berwarna kuning dan mengalami kerontokan.
Cercospora anthurii atau Mycosphaerella anthurii Miles menyebabkan kemunculan banyak bercak pada daun dengan bercak berbentuk bulat, berwarna coklat muda, membentuk konidia hialin yang berbentuk gada memanjang atau serupa benang yang lentur (Semangun, 1989: 706).
Nekrosis adalah Keadaan dimana sel tanaman atau ogran tanaman mati sebagai akibat adanya aktivitas patogen.Terdapat berbagai bentuk gejala nekrotik yang disebabkan oleh berbagai patogen yang berbeda pada bagian tanaman yang, diserangnya:
1. Bercak
Sel-sel yang rnati hanya terjadi pada luasan terbatas dan biasanya bewarna kecoklat-coklatan. Sebelum terjadi di kematian sel warnanya agak kekuning-kuningan. Bagian jaringan yang mati seringkali sobek dan terpisah dari jaringan yang ada sekitarnya yang. masih sehat. Gejala tersebut disebut shot-hole atau tembus peluru. Bentuk, lesio dari bercak ini dapat bundar, segi empat bersudut, atau tidak teratur. Sisi bercak berwarna jingga, coklat, dan sebagainya seringkali pada bercak tersebut terlihat adanya tubuh buah.
2. Streak dan shipe
Bagian yang nekrotik memanjang masing-masing sepanjang tulang daun dan di antara tulang daun.
3. Kanker
Terjadi kematian sel kulit batang terutama pada tanaman berkayu. Permukaan bercaknya agak tertekan kebawah atau bagian kulitnya pecah sehingga terlibat bagian kayunya. Pada bagian yang pecah tersebut dapat terlihat adanya tubuh buah cendawan.
4. Blight
Menyerupai bentuk yang terbakar. Gejala ini terjadi jika sel-sel organ tanaman mati secara cepat (daun, bunga, ranting dan sebagainya). Bagian tanaman tersebut menjadi coklat atau hitam.
5. Terbakar, scald atau scorch
Bagian tanaman yang sukulen mati atau berwarna coklat akibat temperatur tinggi.
6. Busuk
Bagian yang terserang mati, terurai dan berwarna coklat. Hal ini disebabkan oleh serangan cendawan dan bakteri yang menguraikan ikatan antara dinding sel oleh berbagai enzym. Tergantung dari bagian tanaman yang, terserang maka terdapat berbagai gejala busuk seperti busuk akar, busuk batang, busuk- pucuk, busuk buah. Tergantung pada tipe pembusukan maka terdapat busuk basah, busuk lunak, busuk kering.
7. Layu
Efek dari gejala layu ini daunnya kehilangan ketegarannya dan layu. Gejala ini diakibatkan oleh kerusakan bagian perakaran, penyumbatan saluran air atau oleh senyawa yang beracun yang dikeluarkan oleh patogen yang terbawa oleh aliran air kebagian atas tanaman.
8. Die-back
Terjadi kematian ranting atau cabang dari bagian ujung atasnya dan meluas kebagian sebelah bawahnya.
9. Gugur daun, bunga, buah sebelum waktunya
Hal ini disebabkan oleh gangguan fisiologi atau sebagai akibat tidak langsung oleh gangguan patogen.
10. Perubahan organ tanaman (transportasi) dari organ tanaman jadi bentuk lain
Bagian tanaman diganti oleh struktur cendawan, seperti bunga yang baru terbuka mengandung kumpulan. spora (smut) atau perbungaan yang seharusnya dibentuk dirubah menjadi bentuk daun (filodi).
C. Mengetahui Faktor-Faktor Biotik Dan Abiotik Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kapang Parasit
Kapang dapat hidup dan berkembangbiak karena faktor lingkungan yang mendukung. Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kapang antara lain air, suhu, oksigen, pH, makanan dan faktor penghambat (Fardiaz, 1992:195). Lebih lanjut faktor tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Kebutuhan Air
Kapang membutuhkan Aw (Water Activity) minimal untuk pertumbuhan lebih rendah jika dibandingkan Aw khamir dan bakteri.
2. Suhu Pertumbuhan
Kapang dapat tumbuh pada suhu kamar (mesofilik). Suhu optimum untuk mendukung pertumbuhan kapang berkisar antara 25-30ºC, tetapi pada beberapa genus tertentu, kapang dapat tumbuh baik pada suhu 35-37ºC atau bahkan pada suhu yang lebih tinggi, yang disebut juga bersifat psikotropik dan dapat bersifat termofilik, yaitu dapat tumbuh pada suhu yang tinggi.
3. Kebutuhan Oksigen dan pH
Kapang bersifat aerobik, yaitu membutuhkan oksigen dalam melakukan pertumbuhan. Sedangkan pH optimum pada habitat kapang berkisar antara 2-8,5. Akan tetapi hampir kebanyakan spesies kapang dapat mengalami pertumbuhan optimal, jika habitat hidup memiliki pH rendah atau pada kondisi asam.
4. Makanan
Kapang dapat menyerap berbagai komponen makanan, mulai dari struktur yang sederhana sampai yang kompleks. Kapang menghasilkan enzim untuk menguraikan senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga dapat diserap untuk digunakan dalam metabolisme. Enzim yang biasa digunakan misalnya amilase, pektinase, proteinase dan lipase.
5. Faktor Penghambat
Beberapa zat kimia dapat menghambat pertumbuhan kapang, yaitu Amphotericin, Griseofulvin, Cyclohexivide, Miconazol, Asam sorbat, Asam propionate dan Asam asetat yang dapat bersifat mikostatik (menghambat), bahkan fungisidal (membunuh).
D. Mekanisme Infeksi Kapang ParasitPada Tanaman Budidaya Dan Tanaman Hias
Tanaman dikatakan sakit jika terdapat perubahan pada seluruh atau sebagian organ-organ tanaman yang menyebabkan gangguan kegiatan secara fisiologis (Pracaya, 2006:302). Penyakit dapat tumbuh dan berkembang pada tumbuhan, dimulai dari kontak (hubungan) antara spora kapang dengan organ tumbuhan, kemudian menempel pada permukaan organ tumbuhan dan diakhiri dengan fase infeksi dalam tubuh tanaman inang.
Kapang terlebih dahulu harus dapat menembus lapisan protektif luar dari tumbuhan inang, yaitu lapisan epidermis untuk dapat mengambil makanan serta agar hubungan parasit dapat dikembangkan (Rivai, 2006: 23). Proses dimulai saat spora kapang menempel (melakukan kontak langsung dengan tumbuhan inang). Selanjutnya apabila kondisi lingkungan sesuai dan menguntungkan, spora kapang akan berkecambah dan terus mengadakan pertumbuhan dengan menghasilkan hifa penetrasi. Kapang atau patogen lain dapat masuk dengan berbagai cara. Ada yang langsung dapat menembus permukaan epidermis yang melapisi inang atau juga melalui bagian tanaman inang yang kurang dipertahankan, yaitu stomata (Rivai, 2006: 24). Adapula yang masuk melalui luka yang diakibatkan aktifitas manusia, serangga serta bahan kimia.
Kapang kemudian mengadakan pertumbuhan dan menyebar dari satu sel ke sel yang lainnya di dalam jaringan inang. Sebagian besar kapang mengadakan metabolisme dan menghasilkan enzim yang dapat merusak dinding sel, selaput sel, organel yang kompleks serta isi sitoplasma pada tumbuhan inang (Rinai, 2006). Sebagaian kapang ada yang masuk ke dalam sel tubuh inang (intraseluler). Kapang yang menyerang tanaman dapat membentuk kolonisasi. Kolonisasi oleh kapang dapat terjadi di bagian permukaan atau masuk ke dalalm jaringan inang. Kolonisasi oleh kapang menurut Sinaga (2003) dapat digolongkan sebagai berikut:
- Kolonisasi kapang pada permukaan inang
Pada daun, kapang mengadakan kolonisasi di bagian permukaan, dapt merugikan karena dapat mengurangi kapasitas permukaan daun yang melakukan fotosintesis. Sedangkan lapisan miselium yang tebal serta berwarna hitam dapat mengurangi jumlah cahaya yang masuk dan mengenai daun. Contoh kolonisasi pada permukaan inang misalnya pada kapang penyebab jelaga.
2. Kolonisasi eksternal dengan haustoria di dalam sel inang
Kapang melakukan penetrasi sebagai pendorong hifa untuk masuk dan menembus dinding sel epidermis. Kapang akan membentuk haustorium secara intraselular di dalam sel epidermis. Melalui haustorium, kapang penyebab bercak daun ini mendapatkan zat makanan dari sel inang.
3. Kolonisasi interselular tanpa haustorium
Kapang jenis ini mampu membentuk misellium diantara sel inang dan mengkolonisasi secara interselular. Kapang melakukan penetrasi menembus lapisan kutikula secara langsung, kemudian membentuk hifa yang tumbuh diantara sel melalui lamela tengah. Contohnya Taphrina deformans penyebab keriting daun dan Peronosclerospora philippinensis penyebab embun bulu pada jagung.
4. Kolonisasi interselular dengan haustorium intraselular
Kapang mampu memproduksi misellium di antara sel dan membentuk haustorium ke dalam sel untuk mengambil makanan dari sel inang. Hifa dibentuk terlebih dahulu secara interselular dan membentuk haustorium. Penetrasi dibentuk untuk menembus dinding sel dan pada bagian ujung penetrasi akan membesar dan membentuk haustorium. Selain haustorium, kapang penyebab bercak daun dapat membentuk hifa interselular yang lebih banyak lagi dan hal ini diikuti dengan pembentukan haustoria yang lebih banyak. Sehingga kapang dapat mengkolonisasi jaringan tumbuhan inang secara luas.
5. Kolonisasi intraselular dan interselular
Kapang penyebab kebusukan mengkolonisasi inang secara intraselular dan interselular. Misalnya Phytium sp. Kapang jenis ini mampu memproduksi enzim pektinase yang dapat melarutkan lamela tengah dari sel inang. Kerja enzim ini akan menyebabkan maserasi jaringan, sehingga kapang dapat melakukan pertumbuhan lebih lanjut melalui sel dan diantara sel.
Proses infeksi kapang yang parasit dan menyebabkan penyakit pada tumbuhan (patogen), merupakan suatu siklus yang meliputi: inokulasi (penularan), penetrasi (masuk tubuh), infeksi (pemanfaatan nutrien inang), invasi (perluasan serangan ke jaringan lain), penyebaran ke tempat lain dan pertahanan patogen. Menurut Purnomo (2006), infeksi kapang patogen pada tanaman adalah:
1. Inokulasi atau penularan
Inokulasi merupakan terjadinya kontak pertama kali antara patogen dengan tanaman. Bagian dari patogen atau patogen yang terbawa agen tertentu yang mengadakan kontak dengan tanaman disebut inokulum atau penular. Dengan demikian inokulum merupakan bagian dari patogen atau patogen itu sendiri yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Pada kapang atau cendawan, inokulum dapat berupa miselium, spora, atau sklerotium. Langkah-langkah yang terjadi pada proses inokulasi, dimulai dari: inokulum kapang sampai ke permukaan tubuh tanaman inang melalui perantaraan angin, air, serangga dan sebagainya. Meskipun inokulum yang dihasilkan patogen banyak sekali tetapi yang dapat mencapai tanaman inang yang sesuai hanya sedikit sekali. Beberapa tipe inokulum yang terbawa tanah, seperti zoospora dapat mencapai tanaman inang yang sesuai melalui substansi yang dikeluarkan oleh akar tanaman. Semua patogen memulai melakukan serangan pada tingkat pertumbuhan vegetatif. Dengan demikian, spora jamur harus berkecambah terlebih dahulu. Untuk melakukan perkecambahan diperlukan suhu yang sesuai dan kelembaban dalam bentuk lapisan air pada permukaan tanaman. Keadaan basah atau bentuk lapisan air ini harus berlangsung cukup lama sampai patogen mampu masuk atau melakukan penetrasi ke dalam sel atau jaringan. Jika hanya berlangsung sebentar maka patogen akan kekeringan dan mati, sehingga gagal melakukan serangan.
2. Penetrasi
Penetrasi merupakan proses masuknya patogen atau bagian dari patogen ke dalam sel, jaringan atau tubuh tanaman inang. Kapang patogen melakukan penetrasi dari permukaan tanaman ke dalam sel, jaringan atau tubuh tanaman inang melalui 3 macam cara, yaitu secara langsung menembus permukaan tubuh tanaman, melalui lubang-lubang alami, da melalui luka. Sering patogen melakukan penetrasi terhadap sel-sel tanaman yang tidak rentan sehingga patogen tidak mampu melakukan proses selanjutnya atau bahkan patogen mati tanpa menyebabkan tanaman menjadi sakit. Kebanyakan jamur parasit melakukan penetrasi pada jaringan tanaman dengan secara langsung. Spora jamur yang berkecambah akan membentuk buluh kecambah yang dapat digunakan untuk melakukan penetrasi, baik langsung menembus permukaan maupun melalui lubang alami dan luka.
3. Infeksi
Infeksi merupakan suatu proses dimulainya patogen memanfaatkan nutrien (‘sari makanan’) dari inang. Proses ini terjadi setelah patogen melakukan kontak dengan sel-sel atau jaringan rentan dan mendapatkan nutrien dari sel-sel atau jaringan tersebut. Selama proses infeksi, kapang patogen akan tumbuh dan berkembang di dalam jaringan tanaman. Infeksi yang terjadi pada tanaman inang, akan menghasilkan gejala penyakit yang tampak dari luar seperti : menguning, berubah bentuk (malformasi), atau bercak (nekrotik). Beberapa proses infeksi dapat bersifat laten atau tidak menimbulkan gejala yang tampak mata, akan tetapi pada saat keadaan lingkungan lebih sesuai untuk pertumbuhan patogen atau pada tingkat pertumbuhan tanaman selanjutnya, patogen akan melanjutkan pertumbuhannya, sehingga tanaman menampakan gejala sakit.
4. Invasi
Invasi merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan patogen setelah terjadi infeksi. Kapang umumnya melakukan invasi pada tanaman dimulai sejak proses infeksi dengan cara tumbuh dalam jaringan tanaman inang, sehingga tanaman inang selain kehilangan nutrien, sel-selnya atau jaringan juga rusak karenanya. Kapang melakukan perkembangbiakan dengan membentuk spora, baik spora seksual maupun spora aseksual.
5. Penyebaran
Penyebaran patogen berarti proses berpindahnya patogen atau inokulum dari sumbernya ke tempat lain. Penyebaran kapang patogen dapat terjadi secara pasif. Penyebaran pasif yang berperan besar dalam menimbulkan penyakit, yaitu dengan perantaraan angin, air, hewan (terutama serangga), dan manusia.
Penetrasi hifa kapang melalui 3 cara, yaitu secara langsung menggunakan haustorim pada bagian tanaman yang rentan untuk diinfeksikan. Sedangkan infeksi melalui lubang-lubang alami yaitu melalui stomata (mulut daun) suatu tanaman, lenti sel pada batang tanaman dan melalui hidatoda. Selain itu bila di tubuh tanaman terdapat luka, maka hifa jamur akan memasuki pori-pori luka tersebut dengan lebih mudah.
Download di sini